-->

Tuesday, August 25, 2015

Krisis Ekonomi ( Kembali ) DI DEPAN MATA - Yuk Belajar dari Filosofi Elang

“Burung Elang Itu Pandai Manfaatkan Badai dan Perpanjang Usia”

Berbagi Kiat Hadapi Kenaikan BBM

Tak hanya berdampak terhadap rakyat kecil, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Senin (17/11) lalu juga berdampak ke sejumlah pengusaha, khususnya di bidang kuliner. Berikut Didik Sukoco, Voluntary Coach Islamic Business Forum berbagi kiat hadapi situasi sulit.

BANYAK teman-teman pengusaha kuliner terkena imbas oleh kenaikan ini, khususnya di harga bahan makanan yang saat ini naik hingga 60%. Menghadapi situasi yang sulit seperti ini, saya teringat filosofi seekor burung elang. Karena keistimewaan filosofinya yang unik, elang dapat menjadi motivasi kita di saat menghadapi permasalahan seperti kenaikan BBM ini.

Di Grand Canyon, Arizona, Amerika Serikat, ada sebuah suku pedalaman bernama Hualapai yang menjadikan elang sebagai burung yang sakral dalam keyakinan mereka. Bertempat di Taman Nasional Grand Canyon, yang juga merupakan salah satu dari 7 keajaiban Alam di Dunia, di sana ada sebuah tebing bertuliskan “Sa Nyu wa” - Home of the Eagle.

Di tempat inilah banyak orang belajar tentang filosofi burung elang, karena suku Hualapai sangat mengagumi dan terinspirasi oleh filosofi elang ini.

Belajar dari Filosofi Elang

Belajar dari Filosofi Elang

Burung elang ini unik. Di saat ada badai, binatang-binatang lain akan berlari meninggalkan badai tersebut. Namun tidak dengan elang. Dia justru masuk dalam pusaran badai dan memanfaatkan badai tersebut untuk membuat dirinya terbang lebih tinggi. Elang mampu memanfaatkan keadaan yang ada untuk membuat dia bahkan bisa terbang lebih tinggi dari biasanya.

Burung elang juga memiliki ketajaman mata, dan kesukaannya untuk hanya memakan daging yang fresh.

Di samping keunikan tersebut, elang masih memiliki satu keistimewaan lagi. Bahkan keunikan ini menjadikan dia sangat populer. Keunikan tersebut adalah saat dia menghadapi tantangan hidup yang berat di usianya ke-40 tahun.

Sebagaimana negeri ini mengalami dilema anggaran subsidi BBM yang mencapai 20% APBN, elang pada usia 40 tahun juga mengalami dilema. Saat itulah elang harus mengambil keputusan besar. Memilih melakukan proses transformasi agar dia bisa hidup lebih lama hingga 70 tahun, atau memilih menyerah dengan keadaan dan akhirnya mati kelaparan sebagai pecundang.

Anda tentu pernah mendengar ungkapan “Life begins at 40”? Banyak yang beranggapan bahwa ungkapan ini tentang usia 40 tahun adalah usia manusia saat mengalami masa-masa kedewasaan. Padahal sebenarnya ungkapan ini berasal dari filosofi burung elang ini.

Di usia ke 40 tahun, elang harus memilih, mau mati sebagai pecundang atau hidup 30 tahun lebih lama sebagai kesatria perkasa. Elang yang memilih hidup lebih lama akan melakukan “proses transformasi” yang sangat berat dan melelahkan, yaitu dengan memaksakan dirinya terbang tinggi hinggi ke puncak bukit. Lalu membuat sarang di tepi jurang. Dan di sanalah dia menjalani proses transformasi itu.

Pertama dia mematukkan paruh sekeras-kerasnya ke bebatuan hingga paruhnya lepas. Diperlukan lebih 4-5 bulan lamanya untuk menunggu paruh baru tumbuh dan menjadi cukup kuat. Setelah paruh tumbuh, penderitaan berikutnya adalah dia harus mencabuti semua kuku-kuku di cakar. Setelah itu mencabuti bulu-bulu di tubuhnya satu persatu.

Bayangkan, betapa menderitanya, badan tanpa bulu, tentu sangat merasakan dingin yang amat sangat di atas puncak bukit, apalagi ketika malam hari.

Namun setelah “proses transformasi’ berhasil dilalui, dia akan dapati dirinya merasakan hidup perkasa lagi. Elang tersebut akan kembali seperti muda lagi. Paruhnya tajam, kukunya kuat mencengkram dan bulunya tidak menghalangi manuvernya dalam mengejar mangsa, dan kini dia bisa hidup lebih lama hingga 30 tahun mendatang.

Luar biasa… kisah ini sungguh sangat menginspirasi ...

Apa pelajaran yang bisa kita ambil dari Filosofi Elang ini...?

Pelajaran pertama, bagi pengusaha, kita harus siap dengan kenyataan dan keadaan di lapangan dan menghadapinya dengan penuh keberanian. Menyalahkan situasi tidak akan menyelesaikan apapun. Tugas kita adalah bagaimana melihat peluang-peluang dari keadaan yang ada.

Sebagaimana burung elang, kita harus kritis dan berpikir keras sehingga bisa memanfaatkan badai kenaikan BBM ini untuk terbang lebih tinggi. Elang tahu bagaimana melakukannya, karena induknya -sebagai pelatihnya sudah mengajarkannya ketika dia masih kecil dulu.

Pun juga dengan kita. Kita dituntut untuk memahami hal-hal yang esensial agar kita tau apa fokus kita. Kita dituntut mengetahui pedal-pedal apa yang harus kita mainkan ketika melihat indikator-indikator di kokpit menunjukkan indikasi yang kurang menguntungkan. Dan Anda juga perlu pelatih.

Poin utama agar kita tau hal-hal yang esensial dan bisa dengan tepat menyikapi perubahan-perubahan ini dengan menguasai business skill dan tools yang dibutuhkan dalam bisnis kita. Apa tools tersebut? Pertama adalah kemampuan kita membaca laporan keuangan kita, karena dampak langsung kenaikan BBM akan terlihat di laporan keuangan kita.

Kemampuan kita dalam masalah ini akan menuntun kita mampu melihat anomali yang ada, dan dengan tepat bisa memilih langkah apa yang kita ambil sebagai solusinya. Sebuah keputusan yang terukur dari dampak yang juga terukur. Tidak panik dan tidak juga melakukan tindakan reaksi berlebihan dan emosional.

Langkah kedua adalah kemampuan kita memanfaatkan leverage-leverage di sekitar kita. Apa saja leverage itu? Leverage bisa dalam bentuk ide-ide orang lain yang solutif, atau suplier-suplier yang lebih baik, bisa juga dalam bentuk jaringan–jaringan yang lebih luas.

Ketika elang terbang lebih tinggi, dia bisa melihat peluang lebih banyak. Lakukan hal yang sama. Jangan mengira di luar sana tidak ada supplier yang mampu memberi harga lebih murah.... cari, insya Allah akan ketemu. Jangan kira di luar sana tidak ada orang yang menyewakan ruko, mobil, dan alat-alat lain lebih murah... cari lah, maka insya Allah Anda akan mendapatkan sesuatu yang diluar dugaan anda.

Pelajari ilmu negosiasi agar Anda bisa mendapatkan apa yang Anda perlukan lebih murah, lebih bagus, dengan pembayaran yang lebih fleksibel. Jadikan problem BBM ini menjadi cambuk bagi kita untuk berusaha lebih keras dan cerdas.

Pelajaran Kedua, Jangan menyerah pada keadaan dan bayarlah harga sebuah kesuksesan. Saat menghadapi masalah, selalu ada dua pilihan, menyerah dengan keadaan atau berusaha sekuat tenaga untuk menghadapi realitas, melakukan sesuatu dengan kerja keras dan keluar sebagai pemenang.

Elang rela melakukan proses transformasi yang sangat menyakitkan dan terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Bayangkan 5 bulan adalah waktu yang lama.

Inilah hukum alamnya. Kesuksesan itu selalu berada di balik sebuah permasalahan yang besar, sebuah tantangan yang tidak mudah, dan bahkan untuk melaluinya perlu waktu yang lama.

Diperlukan pengorbanan, kesabaran dan ketegaran untuk menghadapinya dan keluar sebagai pemenang. Inilah harga kesuksesan itu yang harus kita bayar.

Sehingga kita hari ini belajar satu hal penting, bahwa kesuksesan ternyata bukan suatu kondisi, tapi mentalitas, suatu sikap, suatu karakter dan hal ini ditentukan oleh mind set hidup yang tangguh untuk siap menghadapi apapun ujian dan tantangan yang menghadang.

Sukses bukan tentang berapa uang yang kita terima kemarin, namun tentang bagaimana kita bisa mempertahankannya hari esok, saat ujian itu datang. Sukses bukan tentang keadaan baik hari ini, tapi tentang bagaimana kita bisa mempertahankan keadaan tersebut bertahan bahkan di situasi-situasi yang sulit.

Sukses adalah tentang semangat, keuletan, keberanian, kesabaran yang didukung oleh kapasitas diri Anda yang memadai. untuk itu mari kita bangun terus kapasitas diri kita dan berlatih terus agar kemampuan kita lebih baik.

BBM memang naik dan membuat banyak orang putus asa. Namun, itulah ujian yang membedakan siapa yang memiliki mentalitas sukses yang sebenarnya. Bagi kita, mari ini kita jadikan momentum kebangkitan yang mengawali pencapaian-pencapaian besar kita di masa depan.

MErasa bermanfaat , Share ke teman teman. Indahnya Berbagi

Previous
Next Post »