Seorang pengemis asal Kelurahan Kepel, Kota Pasuruan, Moch Anshori (78)
tidak pernah membayangkan jika suatu ketika ia akan berangkat ke Tanah
Suci."Sebenarnya saya tidak pernah membayangkan jika akan berangkat ke
Mekkah, namun karena saya memiliki tekad dan niat yang kuat, sehingga
setiap hari saya menabung mulai Rp1.000, Rp5.000, kalau ada rejeki saya
nitip Rp50.000," katanya ketika ditemui kediamannya, Senin (24/08/2015).
Ia mengatakan, meskipun dari pagi buta hingga larut malam hanya
mengantongi uang tak lebih dari Rp50.000, namun ia meyakini bahwa akan
ada jalan untuknya menuju Tanah Suci.
"Selain menjadi pengemis, saya juga harus mencari tambahan pemasukan dengan bekerja sebagai buruh tani, karena untuk menutup kebutuhan sehari-hari saja saya harus pontang-panting ke sana ke mari agar tidak berhutang kepada siapa pun," ujarnya.
Menurut dia, ia mulai menyisihkan sebagian uang hasil memeras
keringatnya sedikit demi sedikit, pada tahun 2003 lalu kemudian ditabung
pada seorang tetangganya, Hanafi. Selama menabung uang recehannya itu,
ia tidak pernah menghitung berapa besar yang telah dikumpulkannya.
Setelah enam tahun berjalan, ia baru mengetahui jika tabungannya telah
mencapai sekitar Rp20 juta. "Saya ditemani anak angkat saya yang tinggal
di Kecamatan Gondangwetan, Kabupaten Pasuruan, memberanikan untuk
mendaftarkan diri sebagai calon jamaah haji," ujarnya.
Kini setelah ia bisa melunasi seluruh ongkos naik haji, ia hanya bisa
pasrah dan berserah diri kepada Tuhan. Empat ekor kambing yang menjadi
satu-satunya harta kekayaan, telah dijual untuk menambah biaya keperluan
ibadah haji.
"Saya telah terdaftar dan masuk daftar antrian calon haji. Untuk kapan
berangkatnya, saya masih menunggu informasi dan berharap bisa segera
naik haji, sedangkan untuk keseharian saya tidak pernah berubah untuk
menjadi seorang pengemis maupun buruh serabutan," tuturnya.