-->

Thursday, December 1, 2016

Penjaga Warung Nyambi Jadi Mucikari Jajakan ABG di Facebook

Penjaga Warung Nyambi Jadi Mucikari Jajakan ABG di Facebook

SURABAYA - Bagus Kurniawan (26) menjadi muncikari dan memiliki dua bocah wanita di bawah umur untuk dijajakan kepada pria hidung belang via grup Facebook (FB).

Warga Kranggan ini enggan sering diejek karena mematok tarif cukup mahal untuk pelayanan dua anak buahnya berinisial AL (16) dan DN (17), meski berparas pas-pasan.

Bagus mematok tarif antara Rp 600 ribu sampai Rp 800 ribu untuk sekali kencan. "Ada juga mengatakan bila mereka tidak terlalu cantik," kata dia di Polrestabes Surabaya, Jumat (23/9/2016).

Penjaga warung angkringan ini ditangkap anggota Satreskrim Polrestabes Surabaya karena menjalankan bisnis prostitusi di sebuah hotel di Jalan Kedungsari, Rabu (21/9/2016) malam.

Petugas menemukan remaja berinisial AL yang baru melayani pria hidung belang. Petugas juga menyita uang sebesar Rp 1 juta.

Bagus mengakui kedua anak buahnya tidak terlalu cantik. Menurutnya, tarif mahal itu dipatok sendiri oleh anak buahnya. Dia hanya menawarkan sesuai permintaan anak buahnya.

Dari dua anak buahnya ini, hanya AL yang pernah melayani pria hidung belang. AL yang lulusan SMP sudah dua kali melayani pria hidung belang. Sedangkan DN belum pernah memberikan servis.

Saat melayani pria hidung belang pertama, AL mendapat upah sebesar Rp 600 ribu. AL memberikan uang sebesar Rp 150 ribu kepada Bagus. Tapi Bagus mengembalikan uang Rp 50 ribu kepada AL.

"Saya tahu dia butuh uang. Makanya saya kembalikan sebagaian uangnya," tambah Bagus.

Saat melayani pria hidung belang kedua, AL mematok tarif sebesar Rp 800 ribu. Tapi pria hidung belang tersebut menambah uang Rp 200 ribu sebagai pengganti transportasi.

Saat ditangkap polisi, Bagus belum mendapat upah dari AL. Bagus dijanjikan akan mendapat upah sebesar Rp 300 ribu dari pelayanan kedua tersebut.

"Katanya, dia akan memberi uang setelah pulang. Tapi sudah ditangkap dulu," tambah dia.

Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Shinto Silitonga, mengaku sudah mengamati aktivitas di grup tersebut. Mayoritas anggotanya masih remaja. Dia menduga ada anggota grup masih berstatus pelajar.

"Kami akan memberi pertimbangan kepada Kemenkoinfo RI agar menutup grup FB tersebut," Shinto menambahkan.

Previous
Next Post »